Jakarta - Sumpah Pemuda selalu diperingati tiap 28
Oktober. Tiap tahunnya pun Pemuda Muhammadiyah tidak pernah ketinggalan
untuk selalu siap di garda terdepan Persyarikatan Muhammadiyah
memperingati lahirnya Sumpah Pemuda. Pemuda Muhammadiyah berpandangan
bahwa Sumpah Pemuda sejatinya adalah perjanjian luhur para pemuda
Indonesia dalam membingkai semangat nasionalisme. “Di dalam sumpah
pemuda terdapat ikrar untuk bertanah air satu, berbangsa satu, dan
berbahasa satu, yaitu tanah air, bangsa, dan bahasa Indonesia. Melalui
Sumpah Pemuda, seluruh komponen anak bangsa dipersatukan. Semua orang
memiliki hak dan kewajiban yang sama. Tidak boleh ada tindakan
diskriminatif atas dasar perbedaan suku, budaya, ras, letak geografis,
dan juga agama. Karena itu, sumpah pemuda juga dimaknai sebagai
deklarasi pemberlakuan nilai-nilai keadilan bagi seluruh anak bangsa”,
imbuh Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dr. Saleh P
Daulay.
“Di era kekinian, Pemuda Muhammadiyah melihat terjadi penyimpangan
terhadap ketiga perjanjian luhur itu. Saat ini, banyak komponen
masyarakat kita yang merasa tidak memiliki Indonesia sebagai tanah
airnya. Pemuda Muhammadiyah memperhatikan ada banyak rakyat Indonesia
yang tidak memiliki lahan pertanian. Bahkan sebagian di antaranya tidak
memiliki lahan untuk hanya sekedar pertapakan rumah. Mereka merasa
terasing di tanah air sendiri. Sementara di lain pihak, ada satu atau
dua korporasi yang memiliki lahan lebih dari 2 juta hektar. Mereka
merasa paling memiliki tanah air ini. Semua akses terhadap penguasaan
tanah dan modal dengan mudah mereka peroleh”, tambahnya.
Menurut dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, dari sisi semangat
kebangsaan, Pemuda Muhammadiyah juga menyaksikan masih ada beberapa
komponen anak bangsa yang ingin melepaskan diri dari ikatan kebangsaan
kita. Mereka merasa bukan lagi bagian dari rumah besar Indonesia. Mereka
ingin membangun rumah baru yang mereka yakini lebih
menjanjikan.Maraknya terorisme dan kekerasan atas nama agama juga
dinilai sebagai bentuk 'ketidaksetujuan' para pelakunya terhadap
semangat persatuan sebagai anak bangsa. Dalam aksi-aksinya mereka
menegaskan penolakan terhadap realitas kebhinnekaan suku, ras, dan agama
yang ada. Mereka ingin menjadi bangsa homogen, terutama dalam hal agama
dan kepercayaan terhadap Tuhan YME. Pemuda Muhammadiyah melihat bahwa
yang masih tersisa dari sumpah Pemuda itu mungkin hanya semangat
memiliki bahasa Indonesia. Terbukti hari ini bahasa Indonesia masih
mampu menjadi jembatan penghubung antar suku dan budaya di Indonesia.
Meski di sana-sini ada juga kalangan masyarakat kita yang lebih bangga
berbahasa asing daripada berbahasa Indonesia. Namun jumlahnya belum
begitu mengkhawatirkan.
Bapak dua anak ini menambahkan, dalam konteks itulah, Pemuda
Muhammadiyah menilai arti penting kontekstualisasi Sumpah Pemuda hari
ini. Pudarnya semangat bertanah air dan berbangsa satu harus segera di
antisipasi. Lambat atau cepat, kondisi ini pada suatu titik tertentu
bisa membahayakan semangat nasionalisme yang dibangun di atas semangat
bertanah air, berbangsa, dan berbahasa satu, yaitu tanah air, bangsa,
dan bahasa Indonesia.Pemuda Muhammadiyah berpendapat bahwa salah satu
cara yang perlu dilakukan dalam menumbuhkembangkan semangat Sumpah
Pemuda adalah dengan menerapkan keadilan bagi semua. Kesempatan untuk
memiliki tanah dan sumber penghidupan harus dibuka secara adil. Semua
komponen bangsa harus diberi kesempatan untuk menikmati kue pembangunan.
Keadilan menjadi suatu keharusan yang perlu ditegakkan dalam menjaga
keutuhan bangsa dan negara kita. Para pemuda sebagai pelanjut estafet
kepemimpinan di masa depan harus diberi akses terhadap pendidikan,
kepemilikan tanah, modal, dan juga di ranah sosial politik. Para
pemimpin politik sudah saatnya membuka ruang bagi tampilnya kaum muda di
pentas politik nasional. Dengan semangat itulah, kebersamaan,
persaudaraan, dan persatuan dapat dikokohkan. (muhammadiyah.or.id)
No comments:
Post a Comment